Buku kenangan


Tita duduk diam di bangkunya dan sesekali melihat ke arah pintu. Sepertinya ia sedang menanti seseorang.Entahlah, yang penting baginya adalah mengendalikan perasaan dan jantungnya yang sedari tadi berdetak tidak karuan.Dia hanya diam. Diam untuk merangkai kata-kata dan terus bergelut dengan perasaanya di kelas yang sudah kosong. Dan orang yang ia tunggu-tunggu akhirnya pun muncul. Vano….
Cowo itu berjalan menghampiri Tita yang duduk sendiri dan tidak lupa memberi senyum khasnya. Ya senyuman, senyuman yang mampu merubah perasaan Tita terhadap cowo yang satu ini.
“Tit. Udah lama nunggunya?”Tanya vano sembari melap keringat yang ada di wajahnya.
“Lumayan. Lumayan buat lumutan,”jawab Tita asal untuk mengendalikan isi hatinya.
“Sorry, sorry… tadi pelatih ngasih intuksi buat pertandingan besok, jadi agak lama,”jelas Vano. “Yuk pulang,”ajak Vano.
Vano melangkahkan kakinya keluar ruangan dan Tita mengikutinya dari belakang. Tita terus menatap punggung Vano yang lebar dan terlihat begitu hangat ingin sekalinya rasanya ia menyentuh punggung itu dan memeluknya begitu erat dan sangat erat agar tidak ada orang lain yang akan memilikinya. Entah mengapa perasaan Tita begitu cepat berubah terhadap makhluk yang satu ini. Dulu Tita hanya menggangap Vano hanyalah teman biasa. Teman masa kecilnya dan sekaligus tetangganya tidak lebih dan tidak kurang. Kini perasaan itu telah lenyap seperti hilang dihembuskan angin dan perasaan itu telah berganti menjadi Cinta. Ya kalau bisa disebut CINTA.
“Tit…TITA,”panggil Vano membuyarkan lamunan Tita. Kini Vano berada dihadapan Tita menatapnya lekat-lekat dan menjulurkan tangannya menyentuh dahi Tita.”Kamu sakit?”tanyanya setelah memeriksa kondisi Tita.
“E…nggak kok,”jawab Tita gugup melihat tatapan Vano yang begitu lekat denganya.
“Trus kenapa kamu jadi aneh gini?”Tanya vano lagi.
“Aneh??. Aneh apaan. Aku gak pa-pa kok justru kamu yang aneh sok perhatian ama aku,”canda Tita.
“Aku memang perhatian sama kamu, kok kamu bilang sok sih,”tutur Vano serius dengan wajah seakan-akan merasa tersinggung.
“Maaf dech maaf. Soalnya akhir-akhir ini aku lagi banyak pikiran,”
“Kalo boleh tahu. Apa yang sedang kamu pikirkan?”
Pertanyaan Vano ini tiba-tiba membuat wajah Tita bertambah merah kalo dulu ia bisa menumpahkan segala perasanya ke Vano. Tapi kali ini tidak, Tita tidak akan berani menyatakan bahwa ia sayang dan cinta sama Vano. Dia ingin sekali mengatakanya tapi entah menggapa bibirnya terkunci rapat belum lagi perasaan takutnya bahwa perasaan sukanya terhadap Vano akan merusak persahabatan mereka yang sudah belasan tahun.
Tita terus diam.”Kalo kamu gak bisa cerita gak pa-pa kok. Gak usah diceritain,”ujar Vano sambil menepuk pundak Tita.
                                                           *****
Sepulang sekolah, Tita langsung masuk kedalam kamarnya.Dan langsung menuju meja belajarnya untuk meletakan tasnya. Tiba-tiba ada sesuatu didalam hatinya yang menariknya untuk membuka laci meja belajarnya. Tita membukanya pelan-pelan dan terlihat sebuah kenangan duduk manis disitu. Kenangan.kenangan yang begitu indah bagi Tita, kenangan yang tidak akan pernah dilupakanya, kenangan ia lalui bersama Vano terukir indah didalam sebuah album foto berwarana biru yang terlihat lusuh dan tua termakan zaman.
Tita dengan hati-hati mengeluarkan album itu dari saranganya dan membawanya ke tempat tidurnya. Lalu Tita membuka album itu satu-persatu yang setiap lembarnya mampu membuat Tita tersenyum. Tiba-tiba, mata Tita tertuju pada sebuah foto dirinya,Vano dan Kiara adiknya.Disitu mereka bertiga terlihat bahagia sekali, Vano baru saja berulang tahun yang ke-8 dan ia terlihat begitu kotor terkena kue ulang tahunya.Vano mengeggam tangan kiara dan tangan yang satu lagi merangkul Tita.Tita tersenyum melihat foto ini dan langsung membawanya menuju masa itu.
“Uhh…”desah Tita sambil menutup album tua biru itu.”Andai waktu bisa mundur kebelakang. Ingin rasanya mengulang hal-hal indah itu bersama Vano lagi dan andai….”tiba-tiba Tita menagis kini air matanya berjatuhan membasahi album tua penyimpan sejuta kenangan itu.”dan andai sa..saja aku tidak memiliki perasaan terhadap Vano,”isak Tita.
Terdengar ketukan dari luar.”Kak Tita ada telpon neh dari Mas Vano”ujar Kiara adiknya yang masih duduk di kelas 3 SMP.
“Iya. Tunggu sebentar,”Titapun keluar dari kamarnya dan langsung menuju ruang keluarga.
                                                ****
Tita duduk dibangku taman sebari terus melihat Vano yang sedang bermain bola dan sekali-kali bertepuk tanggan jika Vano mencetak gol.Dan tanpa sadar sari sahabatya telah duduk disampingnya sembari terus memmandanginya.
“Kamu kenapa ta?”Tanya sari
“Kenapa bagaimana maksudnya?”Tanya Tita heran tanpa melepaskan sedikitpun pandanganya dari Vano.
Sari hanya mampu menghela napasnya dan melanjutkan kalimatnya.
“Akhir-akhir ini kamu berubah. Kamu yang dulunya ceriwis dan ceria kini berubah jadi pemurung dan pendiam,”Sari diam sepertinya ia sedang memikirkan sesuatu.”ohoo….”pekiknya.”Vano kan? Vano yang mbuat kamu jadi begini.Kamu suka Vano kan kan ta?”tanya Sari.
Mendengar penuturan sahabatnya ini Tita langsung respek menutup mulut Sari.
“Sstt… Jangan keras-keras,”pinta Tita.
“Jadi.Jadi betul kamu suka Vano,ta?”tanya sari lagi memastikan setelah Tita melepaskan dekapannya dari mulut Sari.
Tita hanya senyum-senyum dan terus menganguk.”Apa kelihatan ya sa.Kalo aku tuh suka sama Vano?”tanya Tita.
“Enggak sih.Aku hanya memerhatikanmu mencuri pandang ke arah Vano. Pertama-tama sih aku pikir itu biasa karena kalian sahabatan tapi lama-lama gelagatmu bila dekat Vano jadi aneh.Ya.. dari situ aku mulai curiga”beber Sari.
Tita hanya tersenyum mendegarkan penuturan sahabtnya ini. Kini hatinya sedikit lega karena ada seseorang yang mengetahui perasaanya ini dan ia yakin bahwa sari tidak akan membocorkanya kesiapa pun termasuk Vano.
“Kamu udah menyampaikan perasaanmu ini ta?”tanya Sari.
Tita hanya mengeleng-geleng berat.”Trus kapan kamu mau menyampaikan perasaanmu ini ke Vano”tanya sari lagi.    
“Aku gak tahu,sa.Aku gak punya keberanian untuk mengugkapkanya. Lagian,aku takut hal ini akan merusak persahabatan kami,”
“Tapi kamu harus bilang,ta. Apa kamu mau membawa perasaanmu ini samapi mati?. Jangan samapai kamu nyesel kemudian hari.Apalagi Vano termasuk cowo keren disekolah dan pasti banyak cewe-cewe lain yang mengejar-ngejar dia,”
Tita hanya diam mendengar penuturan sahabatnya ini. Dan kini di hatinya terbesit suatu keberanian. Suatu keberanian untuk mengungkapakn perasaanya ke Vano.
                                                           ****
Seperti biasa sepulang sekolah Tita terus menunggu Vano selesai latihan sepak bola. Dan kini di hati Tita tertanam semangat  yang kuat untuk menyatakan cintanya ke Vano.Dan orang-orang yang ditunggu-tunggunya pun muncul sebari memberikan senyuman khasnya itu ke Tita dan Tita pun membalas senyuman itu.
“Ta.”panggil vano.Tita meras heran melihat gelagat temanya yang satu ini yang dulunya ia yang selalu grorgi bila didekat Vano kini giliran Vano yang gerogi.
“Kamu kenapa Van?”tanya Tita heran.
“Aku…aku mau emm…mau,”Vano terbata-bata.”Aku sebenarnya ingin Mengutarakan sesuatu yang selama ini aku rahasiakan kekamu,”jelas Vano.
Kata-kata Vano barusan memberikan setitik harapan kehati Tita.’Apakah Vano mau nembak aku?”pekik Tita dalam hati.”Kamu mau bilang apa Van?bilang aja aku dengirin kok”
Vano melihat Tita sekilas dan langsung menundukan kepalanya lagi sepertinya ia sedang menimbang-nimbang sesuatu.”Sebenarnya aku sudah lama suka sama Kiara adikmu.Tapi aku takut kamu akan marah kalu aku mengungkapkan hal ini.Kamu gak marah kan tit?’tanya Vano.
Tita seolah-olah tersamabr petir.Petir yang mampu menghanguskan hatinya dalam sekejap.”Vano suka sama Kiara?.Gak mungkin-gak mungkin”triak Tita dalam hati.Seketika Tita teringat adiknya Kiara yang masih duduk di kelas 3 SMP itu,ada rasa marah menyelimuti hatinya kini.
“Tit kamu gak marah kan?.Aku tahu Kiara masih SMP tapi aku janji kok gak akan nyia-nyian Kiara”ucap Vano tulus.
“Aku gak marah,”ujar Tita serak.Tita berusaha menahan airmatanya tapi ia gak sanggup sebelum Vano melihatnya menagis Tita memutuskan untuk pergi meninggalkan Vano. Tita pun berlari.Berlari sekuat tenaga meninggalkan Vano terheran-hern melihatnya.Dalam larinya airmata Tita telah membanjiri pipinya.